Maw Mblusuk?

HALO PEMBACA!

Selamat nyasar di blog Maw Mblusuk? !

Di blog ini Pembaca bisa menemukan lokasi-lokasi unik seputar aktivitas blusukan-ku ke sana-sini. Eh, kalau ada kritik, saran, atau pesan bilang-bilang aku yah! Nuwun!

Cari Artikel

LANGGANAN YUK!

Dengan berlangganan, Anda akan senantiasa mendapatkan update artikel terbaru blog ini.


Bisa berlangganan melalui e-mail.

oleh FeedBurner

Atau melalui RSS Feed berikut.
feeds.feedburner.com/mblusuk
Rabu, 22 Mei 2013, 09:24 WIB

Seperti yang kerap diberitakan, belum lama ini Jogja diwarnai oleh berbagai macam aksi kekerasan. Nah, kalau bicara tentang kekerasan, aku jadi teringat sebuah spanduk yang aku jumpai saat melahap tanjakan menuju desa wisata Krebet. Seperti ini wujud spanduknya.

 

Spanduk peringatan ancaman buang sampah sembarangan dengan kekerasan di Yogyakarta
Masih mau buang sampah di sini?

 

Seperti yang kita ketahui, ada berbagai cara untuk melarang seseorang untuk tidak melakukan sesuatu. Dari sekadar himbauan persuasif hingga ancaman agresif seperti yang termuat pada spanduk tersebut.

 

Menurutku, yang seperti itu tuh bisa dikategorikan sebagai kekerasan. Tentu, bukan berbentuk kekerasan fisik, melainkan kekerasan verbal.

 

“Buang sampah disini? Nyawa taruhannya.”

Tentu, membuang sampah tidak akan pernah menyebabkan seseorang mati. Benda mati yang kita buang tak akan mencederai kita secara langsung. Satu-satunya yang bisa mencederai kita saat membuang sampah tentu disebabkan oleh faktor luar, secara tidak langsung. Salah satunya adalah ....

 

“Dibacok warga, jangan salahkan kami!”

Mencederai orang apakah sebuah kesalahan atau kebenaran? Saat kita menyimak ancaman di atas, pertanyaan tersebut menjadi bias bukan? Siapakah “kami” hingga ia tak berkenan disalahkan? Kenapa pula warga yang membacok luput dari kesalahan? Seharusnya kan pelaku pembacokan (yaitu warga) yang disalahkan dan bukan “kami”?

 

Jangan-jangan “kami” ini adalah ....

 

“Bagi yang nekat tidak selamat dunia akhirat”

Ya. Pasti. Tentu saja. Aku yakin “kami” itu adalah Tuhan! Sebab hanya Tuhan yang mampu menjamin keselamatan dunia sekaligus akhirat. Dhemit saja mana bisa seperti itu? Apalagi manusia?

 

Sudah tentu, segala macam kejadian yang dialami manusia sudah digariskan oleh Tuhan. Sehingga, kita tidak boleh menyalahkan Tuhan. Benar begitu kan?

 

Jadi, sudah jelas bahwa “kami” adalah Tuhan dan spanduk itu adalah “peringatan” dari Tuhan bagi umat manusia! Spektakuler!

 

Benar-benar...

Pembaca percaya bahwa spanduk itu dibuat oleh Tuhan? Bahlul ente kalau percaya!

 

Ah, mana mungkin Tuhan mengajarkan kekerasan? Beda soal ini dengan kelakuan orang-orang yang melakukan kekerasan mengatasnamakan Tuhan. Jadi, pastilah spanduk ini dibuat oleh manusia yang menyaru sebagai Tuhan.

 

Eh, kenapa aku jadi melantur membicarakan Tuhan ya?

 

Yang jelas melihat spanduk itu membuatku rindu akan slogan “Yogyakarta Berhati Nyaman”. Ah, tapi itu kan di kota Jogja. Berhubung ini di sekitar wilayah Bantul jadi mungkin slogan itu tak berlaku.

 

Namun mungkin, bilamana tak ada spanduk ancaman itu, bisa jadi masih ada orang-orang bahlul yang membuang sampah tidak pada tempatnya. Ah, lama-lama tingkah-polah warga Jogja makin membuatku bingung.


NIMBRUNG DI SINI

UPS! Anda harus mengaktifkan Javascript untuk bisa mengirim komentar!
  • KLMT
    avatar komentator ke-0
    KLMT #Minggu, 9 Jun 2013, 23:08 WIB
    kalo saya sih yakin, spanduk itu tdk bermaksud beneran. blum pernah dengar ada org yg meninggal dibacok karena buang sampah. sapnduk itu sekedar kreatifitas warga yg kelihatannya sudah cukup gregetan sama org2 yang buang sampah sembarangan.

    disebuah masjid, pernah juga liat papan peringatan bertuliskan, mencuri di sini hukumnya syariat islam (http://kalamata.me/20110812/mencuri), yang berarti potong tangan. tp tentu, ini sama spt spanduk diatas. hanya sekedar kekesalan saja, atau mungkin, keputus asaan berharap kesadaran masyarakat.
    hmmm, jadi dua pihak sudah kehilangan batas kesadarannya ya? Yg buang sampah sudah nggak punya lg kesadaran buang sampah pada tempatnya. Yg mengingatkan sudah kehilangan kesadaran hingga mengancam dgn ancaman \"Tuhan\".
  • CHANDRA IMAN
    avatar komentator ke-1
    CHANDRA IMAN #Jumat, 7 Jun 2013, 10:06 WIB
    iya susah juga merubah pola pikir orang untuk tidak membuang sampah sembarangan,
    saya seringkali manruh sampah di tas/kantong celana kemudian membuangnya di
    tempat sampah. mungkin perlu disediakan tempat sampah juga disana kali yah biar
    orang ga sembarangan lagi
    iya Kang, sepertinya di sana memang tidak ada lokasi pembuangan sampah untuk umum. Jadi ya terpaksa membuang sampah ke lingkungan sekitar. Hmmm, perlu diamati ini bagaimana warga desa mengelola sampah.
  • EKA NOVIANA
    avatar komentator ke-2
    EKA NOVIANA #Rabu, 5 Jun 2013, 21:09 WIB
    Spanduknya keren tuh. Soalnya orang-orang jaman sekarang kan pada susah di kasih taunya. Apalagi soal buang sampah. Kalau pake spanduk kayak gitu, mereka pasti pada takut ahahaha.
    Weleh...masak untuk melarang orang jaman sekarang itu harus pakai ancaman sih ya?
  • FACHMI
    avatar komentator ke-3
    FACHMI #Jumat, 31 Mei 2013, 14:56 WIB
    karakter orang indonesia memang susah didisiplinkan, kalau memang secara halus sudah
    tidak bisa, kayaknya memang perlu gertakan semacam ini deh...
    Hiii...orang Indonesia baru mau bergerak kalau diancam?
  • FEND
    avatar komentator ke-4
    FEND #Rabu, 22 Mei 2013, 23:42 WIB
    Perlu ngancam untuk mengajak ke kebaikan........menjaga lingkungan. tapi hal tadi hanya berlaku pada orang yang ngeyel buang sampah sembarangan. nganyelke yen ono wong buang sampah sembarangan.
    hiii... tapi ancamannya itu lho udah bawa-bawa nama Tuhan