Maw Mblusuk?

HALO PEMBACA!

Selamat nyasar di blog Maw Mblusuk? !

Di blog ini Pembaca bisa menemukan lokasi-lokasi unik seputar aktivitas blusukan-ku ke sana-sini. Eh, kalau ada kritik, saran, atau pesan bilang-bilang aku yah! Nuwun!

Cari Artikel

LANGGANAN YUK!

Dengan berlangganan, Anda akan senantiasa mendapatkan update artikel terbaru blog ini.


Bisa berlangganan melalui e-mail.

oleh FeedBurner

Atau melalui RSS Feed berikut.
feeds.feedburner.com/mblusuk
Rabu, 3 Desember 2008, 08:02 WIB

Acar. Pelengkap yang acap kali tersedia ketika menyantap bakmi atau mie ayam.

 

Aku suka acar.

Mungkin karena aku tidak punya (p)acar. #eh

 

Padahal hanya potongan kecil ketimun yang direndam lama dalam cuka. Tapi, rasanya jauh lebih sedap dibandingkan dengan ketimun yang disantap mentah.

 

Mungkin karena efek direndam dalam cuka. Sehingga ketimun menjadi lebih kriuk-kriuk ketimbang versi mentahnya. Manis, asam, dan segar berpadu satu. Cocok jika dipadukan dengan kuah gurih santapan. 

 

 

Aku selalu mengambil banyak acar ketika menyantap bakmi godhog, bakmi goreng, nasi goreng, magelangan, atau mie ayam. Di warung-warung tradisional itu, wadah berisi acar selalu hadir di atas meja bersantap.

 

Jika wadah berisi acar tampak nihil, sebagai konsumen pecinta acar aku akan maju menuntut hakku #bukan.demonstrasi. Serasa ada yang kurang kalau menyantap bakmi godhog, bakmi goreng, nasi goreng, magelangan, atau mie ayam tanpa potongan acar. Layaknya tidur tanpa memakai kaos kaki. #eh 

 

Tidak hanya di awal, di tengah perjalanan menyantap pun biasanya aku menambah ambil acar lagi. Hingga hanya kuah yang tersisa di piring, aku habiskan dengan tambahan acar.

 

 Yes! I love acar.

 

I love it very much, much, much.

 

karakteristik pembeda kuliner acar di yogyakarta dengan acar di jakarta dan jawa bagian barat

 

Akan tetapi, aku perhatikan acar Yogyakarta itu berbeda dengan acar yang aku kenal. Sebagai jejaka yang ber-KTP kota metropolitan, tentu di sanalah aku pertama kali kenal dengan acar.

 

Pada masa sebelum aku kuliah di Yogyakarta, Bapak sering juga mengajak makan malam di warung bakmi Jawa. Aku perhatikan, acar yang tersedia di sana hanya berkomposisikan potongan kecil ketimun dan sedikit cabai rawit.

 

Aku berpikir positif ketika menjumpai acar yang seperti itu. Mungkin sang penjual kehabisan wortel sehingga tidak disertakan dalam acar. Demikian juga dengan alpanya potongan bawang merah dalam acar. Padahal, selain ketimun, aku juga suka dengan bawang merah.

 

Lama kelamaan (apalagi setelah tinggal lama di Yogyakarta) aku perhatikan acar-acar yang aku jumpai hampir semua hanya berkomposisikan potongan kecil ketimun. Aku bilang "hampir semua" karena beberapa warung juga meracik acar dengan tambahan potongan wortel dan bawang merah.

 

Tapi, jelas, jika ada potongan wortel dan bawang merah dalam acar versi Yogyakarta, maka bisa dipastikan jumlah potongan wortel dan bawang merah itu sedikiiit sekali. Bisa dibuat rumus bahwa acar versi Yogyakarta itu memiliki komposisi:

 

  • 95% potongan kecil ketimun, dan
  • 5% potongan kecil wortel + potongan kecil bawang merah + cabai.

 

Entah apa yang mendasari acar versi Yogyakarta memiliki komposisi seperti ini. Padahal, aku suka dengan acar berwarna-warni seperti yang umum aku santap di Jakarta. Terkadang, aku merindukan acar yang berwarna-warni itu.

 

Apa mungkin, acar versi Yogyakarta yang tampak sederhana itu merepresentasikan pribadi orang Yogyakarta yang sederhana? Putih polos, suci, bersih tanpa noda. Sehingga menyantap acar yang demikian wujudnya itu adalah suatu bentuk pengharapan agar hidup si manusia menjadi lebih dekat kepada Sang Pemilik Nyawa? #filosofi.ngawur

 

Kadang-kadang juga ada kecele-nya menyantap acar yang isinya hanya ketimun thok. Kadang ketimunnya terasa agak pahit. Dengar-dengar itu karena ketimunnya hasil panenan pada musim kemarau?

 

Oh, untuk cabai rawit, orang Yogyakarta juga punya kebiasaan memisahkannya dari komposisi acar. Mungkin orang Yogyakarta lebih senang meng-klethus cabai rawit yang alami tanpa intervensi rasa dari cuka. 

 

Aku ya bingung juga sih sebetulnya. Kenapa ada versi acar yang komposisinya menyertakan cabai rawit. Padahal, cabai rawit utuh kan tidak akan membuat pedas acar maupun larutan cukanya.

 

 

Yah, apa pun yang aku celotehkan ini, apa pun wujud acarnya, tidak akan menggoyahkan rasa cintaku kepadanya. #gombal #muntah

 

Mungkin aku berceloteh panjang dikali lebar ini dikarenakan terlalu lama menunggu pesanan bakmi godhog datang sehingga masih terbayang-bayang setibanya di rumah lagi.


NIMBRUNG DI SINI

UPS! Anda harus mengaktifkan Javascript untuk bisa mengirim komentar!
  • AVANT GARDE
    avatar komentator ke-0
    AVANT GARDE #Minggu, 19 Jul 2020, 15:51 WIB
    Aku paling suka acar ala Solo, pake bawang merah dan wortel, lebih suka yg isiannya jeruk
    nipis ketimbang cuka :)
  • ZAM
    avatar komentator ke-1
    ZAM #Sabtu, 18 Jul 2020, 00:47 WIB
    acar ini tiap daerah bisa beda, intinya sama: merupakan fermentasi buah atau sayur. di Jateng kebanyakan isinya mentimun, sementara di Jabar bisa macam-macam, yang dikenal dengan asinan.. di Korea, acar ini disebut dengan kimchi.. 😆