Maw Mblusuk?

HALO PEMBACA!

Selamat nyasar di blog Maw Mblusuk? !

Di blog ini Pembaca bisa menemukan lokasi-lokasi unik seputar aktivitas blusukan-ku ke sana-sini. Eh, kalau ada kritik, saran, atau pesan bilang-bilang aku yah! Nuwun!

Cari Artikel

LANGGANAN YUK!

Dengan berlangganan, Anda akan senantiasa mendapatkan update artikel terbaru blog ini.


Bisa berlangganan melalui e-mail.

oleh FeedBurner

Atau melalui RSS Feed berikut.
feeds.feedburner.com/mblusuk
Selasa, 20 November 2018, 12:23 WIB

Kalau saja Dwi nggak meminta berkunjung ke Desa Adat Sade di Kabupaten Lombok Tengah, mungkin seumur-umur aku nggak akan pernah menginjakkan kaki di sana.

 

Aku bukan orang yang senang berkunjung ke desa wisata atau ke desa adat. Aku lebih senang berkunjung ke tempat yang sepi, yang hampir nggak ada orang sama sekali.

 

Aku juga bukan orang yang terlalu penasaran dengan kehidupan orang lain. Terutama orang-orang desa yang memiliki pola hidup yang berbeda dengan orang kota.

 

Tapi, karena sudah sampai di Desa Adat Sade, jadi ya aku amatilah ada apa di desa adat yang konon terkenal di seantero Pulau Lombok ini.

 

 

Aku nggak akan memaparkan sejarah atau keunikan Desa Adat Sade. Aku hanya ingin mengungkapkan apa yang aku rasakan selama berada kurang dari satu jam di sini.

 

Ketika mendengar nama "desa adat", otomatis di benakku terbayang desa yang penduduknya masih teguh menjalani hidup serba tradisional. Kasarnya, di desa adat modernitas masih merupakan suatu hal yang langka. Banyak hal berbeda dari di kota.

 

pohon tua kering di desa adat sade lombok

kendi air di desa adat sade lombok

gabah kering ikat di desa adat sade lombok

berugak tradisional di desa adat sade lombok

kucing duduk di desa adat sade lombok

 

Yang membuatku terkejut, saat ini Desa Adat Sade mulai dirambah hal-hal modern. Salah satu yang terlihat menonjol adalah toilet umum. Wujud toiletnya bagus banget! Nggak kalah bagus dari toilet yang ada di mal-mal.

 

Urusan buang air adalah kebutuhan manusia yang (sebaiknya ) nggak ditunda-tunda. Jadi, keberadaan toilet jelas merupakan sesuatu hal yang krusial.

 

Tapi, melihat wujud toilet yang modern itu bikin aku berpikir.

 

Apakah wujud toilet umumnya harus sebagus itu?

 

Apakah toilet umumnya dibuat sebagus itu karena sebagian besar penggunanya adalah para wisatawan yang hidup di peradaban modern?

 

toilet modern di desa adat sade lombok

toilet kloset duduk modern di desa adat sade lombok

urinoir pria berdiri modern di desa adat sade lombok

wastafel modern di desa adat sade lombok

 

Berdasarkan pengalamanku blusukan di desa-desa, biasanya warga membangun toilet dengan wujud yang lebih sederhana. Kadang tanpa kloset. Nggak jarang pula berada di pinggir sungai, yang sekali “cuuur” atau “plung” langsung lenyap terbawa air.

 

Menimbang paparan bentuk toilet "tradisional" yang seperti itu, bisa jadi bakal membuat wisatawan dari peradaban modern sulit beradaptasi.

 

Aku pun ragu warga Desa Adat Sade aktif menggunakan toilet umum modern itu. Aku meyakini warga desa lebih akrab dengan toilet berkloset jongkok yang dilengkapi tampungan air berciduk.

 

Tapi, ada bagusnya toilet umum modern ini karena ramah bagi penyandang disabilitas.

 

kotak sumbangan di toilet desa adat sade lombok

rambu difabel di toilet desa adat sade lombok

petugas jaga toilet di desa adat sade lombok

 

Pindah topik dari toilet ke serambi rumah warga. Beragam kain, kaos, gelang, dan pernak-pernik lain dipajang di sana.

 

Hampir setiap warga menjajakan buah tangan kepada pengunjung. Interaksi warga kepada pengunjung umumnya diawali dengan menawarkan barang dagangan.

 

Komersialisasi sepertinya sudah mulai merambah Desa Adat Sade. Aku kurang tahu sejak kapan hal ini terjadi. Apa mungkin semenjak Pulau Lombok mulai dibanjiri turis? Tatkala Lombok mulai mengekor Bali sebagai destinasi favorit wisatawan mancanegara.

 

Konon, ada anggapan bahwa turis adalah golongan orang-orang berduit. Dengan demikian, adalah suatu hal yang lumrah jika para penyedia pariwisata ingin agar para turis membelanjakan uang mereka di tempat wisata.

 

rumah penjual kain di desa adat sade lombok

 

gang penjual suvenir di desa adat sade lombok

ibu menggendong anak di desa adat sade lombok

benang gelondong produksi desa adat sade lombok

 

Aku pun mengamati, di sejumlah dinding depan rumah warga tertempel stiker bertuliskan keluarga miskin. Apakah ini juga salah satu penyebab munculnya komersialisasi di Desa Adat Sade?

 

Adalah suatu kenyataan bahwa kebutuhan (biaya hidup) semakin meningkat seiring bergantinya tahun. Itu sebabnya, mengapa UMR rutin naik. Itu sebabnya pula muncul keinginan untuk menambah penghasilan. Jika berlebih ditabung. Syukur disedekahkan.

 

Sepertinya pula parameter miskin bagi kelompok masyarakat yang mempertahankan gaya hidup tradisional cukup menarik untuk ditelisik. Apakah parameter miskin tersebut turut mempertimbangkan bentuk tempat tinggal, harta kekayaan, dan juga tingkat pendidikan?

 

Seketika terbayang, keputusan warga desa menyekolahkan anak-anak mereka nun jauh di kota agar si anak memperoleh penghidupan yang lebih baik. Itulah sebabnya, arus urbanisasi tak pernah menyurut.

 

Sudah hukum alam, bahwa bagaimanapun kota akan selalu lebih maju dari desa. Bagaimana cara agar warga desa bisa sesejahtera warga kota, itulah tantangannya.

 

Tapi sebelumnya, apakah pengertian sejahtera itu?

 

gang rumah di desa adat sade lombok

anak-anak bermain di teras rumah desa adat sade lombok

jemuran baju di desa adat sade lombok

toilet kumuh di desa adat sade lombok

kertas iklan jasa sedot wc di desa adat sade lombok

stiker bantuan miskin di desa adat sade lombok

 

Menurutku, mempertahankan hidup serba tradisional berarti juga mempertahankan hidup dari gempuran kemajuan zaman. Pertanyaannya, sampai kapan idealisme seperti ini akan bertahan? Apakah sampai nggak ada lagi penyokong dan yang disokong?

 

Bagi orang awam, Desa Adat Sade mungkin sebatas menyajikan keunikan yang nggak ada di tempat tinggalnya. Buatku sendiri, tempat ini tak terlalu menarik untuk sekadar disambangi. Tempat ini justru merupakan suatu hal yang menarik untuk diamati dan diteliti:

 

  • Sampai sejauh mana warga Desa Adat Sade bisa hidup mendampingkan hal-hal tradisional dengan hal-hal modern?
  • Apakah hal-hal tradisional akan tergerus seiring dengan masuknya hal-hal modern?
  • Apakah suatu saat Desa Adat Sade akan mengisolasi diri?

 

 

papan nama modern desa adat sade lombok

 

Hidup adalah rangkaian pilihan yang membawa konsekuensi. Semoga Desa Adat Sade tak bakal berakhir sebagai nama tanpa roh.


NIMBRUNG DI SINI

UPS! Anda harus mengaktifkan Javascript untuk bisa mengirim komentar!
  • AINUN
    avatar komentator ke-0
    AINUN #Senin, 4 Feb 2019, 19:37 WIB
    lama ga main ke blog ini, baca artikel ini jadi kangen lombok nih
    saking lamanya ga ke lombok, aku ga perhatian soal toillet modern ini, terakhir kali taun
    2015 main ke sade
  • BAKTIAR
    avatar komentator ke-1
    BAKTIAR #Jumat, 30 Nov 2018, 06:31 WIB
    \"Tapi sebelumnya, apakah pengertian sejahtera itu?\"... aduh lagi enjoy baca tiba-tiba kayak dipalak dosen disuruh menjelaskan definisi wkwkwkwk... gile toiletnya begitu banget ya, hampir semua kayak udah di poles abis.. sepertinya NTT jauh lebih banyak tempat yang masih asli daripada desa ini