Maw Mblusuk?

HALO PEMBACA!

Selamat nyasar di blog Maw Mblusuk? !

Di blog ini Pembaca bisa menemukan lokasi-lokasi unik seputar aktivitas blusukan-ku ke sana-sini. Eh, kalau ada kritik, saran, atau pesan bilang-bilang aku yah! Nuwun!

Cari Artikel

LANGGANAN YUK!

Dengan berlangganan, Anda akan senantiasa mendapatkan update artikel terbaru blog ini.


Bisa berlangganan melalui e-mail.

oleh FeedBurner

Atau melalui RSS Feed berikut.
feeds.feedburner.com/mblusuk
Sabtu, 8 April 2017, 23:50 WIB

Pada suatu siang aku dapat pesan dari Goes Moakh. Isi pesannya berisi poster seperti di bawah ini.

 

poster festival kuliner candi sojiwan 2017

 

Festival kuliner?
Menarik juga.

 

Candi Sojiwan?
Itu kan candi di Desa Kebondalem Kidul tempat KKN-ku dulu!

 

Tapi kok tanggal 21 Februari 2017 ya?
Bukannya itu hari Selasa ya?

Nggg....

 

 

Jadi, tanpa perlu berpikir panjang sambil ngendog aku balas pesannya si Goes. Bahwa kalau hari kerja aku sulit buat datang ke acara itu.

 

Tapi kemudian si Goes balas pesanku lagi. Katanya, Mbah Gundul sudah memesankan tempat untuk 10 orang dan dirinya bingung mau ngajak siapa.

 

Waduh!?

 

 

Selang beberapa hari kemudian aku bertamu ke Joglo Pit. Si Mbah pun kuinterogasi. Ini sebetulnya acara apa sih sampai perlu dukungan 10 bala kurawa? Apa si Mbah mau memasak hidangan raja Mataram Kuno yang di-fusion sama Comel Coffee atau gimana?

 

Mbah Gundul bilang kalau ini hanya sekedar acara kulineran biasa. Pokoknya datang ya datang saja. Eman-eman sudah dipesankan tempat. Mana gratis pula.

 

Setelah aku pikir-pikir lagi, karena Candi Sojiwan “cuma” berjarak sekitar 15 km dari Sarang Penyamun sepertinya boleh juga mampir ke sana. Terutama karena Mbah Gundul bilang kalau ke sananya bersepeda, hahaha.

 

Ramainya Festival Kuliner di Candi Sojiwan

Pada hari Selasa (21/2/2017) tersebutlah 6 orang yang bersepeda ke Candi Sojiwan, yaitu Mbah Gundul, Goes Moakh, Denmas Brindhil, Jakeb, Tiyas, dan tentu saja aku.

 

Kami berangkat ramai-ramai ke Candi Sojiwan dari kawasan Blok O lewat Jalan Berbah. Rencana awalnya berangkat pukul 10 siang. Tapi, karena hujan yang mengguyur Yogyakarta baru berhenti pada pukul 11 siang, jadinya ya kami berangkatnya pukul segitu itu.

 

lokasi parkir sepeda candi sojiwan kebondalem kidul

 

Seperti biasa, bersepeda bareng kawan-kawan yang dengkulnya tergolong kelas kakap ini bagaikan naik sepeda motor. Ngebut terus! Untung cuaca pada siang hari itu mendung. Jadi hawanya sejuk. Nggak beda jauh lah dengan hawa pas bersepeda pagi hari.

 

Sepanjang perjalanan kami hanya berhenti sekali di dekat simpang Candi Abang untuk membetulkan seatpost-nya Goes Moakh. Kami tiba di Candi Sojiwan bersamaan dengan kumandang azan zuhur.

 

Oh iyo, Candi Sojiwan itu letaknya di Desa Kebondalem Kidul, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Sekitar 2 km ke selatan Candi Prambanan dan Jl. Raya Yogyakarta – Solo.

 

deretan gubuk kuliner festival candi sojiwan

 

Candi Sojiwan pada siang hari itu terlihat ramai. Di jalan yang menghadap ke candi, sejumlah gubuk bambu berdiri berjejer rapi. Adapun orang-orang yang hadir di sana mayoritas berbusana batik maupun adat Jawa (beskap dan kebaya). Kami pesepeda yang hanya pakai kaos, celana pendek, dan sandal jepit jadi merasa salah kostum, hahaha.

 

Si Mbah Gundul kok ya nggak bilang sih kalau ini acara semi resmi?

 

Sebelum menjamah area utama Festival Kuliner Candi Sojiwan kami terlebih dahulu harus mendaftar ulang di meja registrasi. Oleh mbak-mbak panitia kami lantas diberi 3 lembar kupon yakni kupon makan, kupon minum, dan kupon kudapan.

 

Selain itu, kami juga mendapatkan lempengan gerabah sebagai suvenir. Padahal aku ngincarnya suvenir kaos. #sedih

 

pengunjung festival kuliner mataram kuno candi sojiwan

 

Di dalam area festival kuliner kami berjumpa dengan Winda, kawan pesepeda asal mBantul yang membanting tulang di kantor BP3 Jawa Tengah. Winda bilang kalau Festival Kuliner Candi Sojiwan ini merupakan CSR (corporate social responsibility) dari BP3 Jawa Tengah untuk memberdayakan warga Desa Kebondalem Kidul. Hooo ngonoo....

 

Pada tahun lalu CSR-nya berupa pelatihan sablon. Pada tahun ini ganti jadi festival kuliner. Untuk tahun depan mbuh kegiatan CSR-nya apa lagi.

 

Penampakan Mahamangsa Hidangan Raja Mataram Kuno

Yang membuat Festival Kuliner Candi Sojiwan ini menarik jelas adalah hidangan yang konon disantap oleh para Raja Mataram Kuno. Makanan antik ini bok!

 

Hidangan raja ini disebut sebagai rajamangsa atau mahamangsa. Artinya kurang-lebih ya makanan raja.

 

gubuk kuliner wanita desa festival candi sojiwan

 

Untuk mendapatkan seporsi mahamangsa, pengunjung harus menukarkan lembaran kupon yang diberikan saat pendaftaran ulang. Menukarkan kuponnya ya sama ibu-ibu atau mbak-mbak penjaga gubuk kuliner.

 

Tapi... kalau ceritanya harus menukarkan kupon begini, jadinya kalau porsinya kurang NGGAK BISA NAMBAH dong? Wekekeke.

 

Perlu diketahui, semua gubuk kuliner menyajikan mahamangsa yang sama. Selain gubuk mahamangsa, ada pula gubuk yang menyajikan minuman dan kudapan. Di halaman Candi Sojiwan panitia juga menyediakan gubuk-gubuk sebagai tempat bersantap pengunjung. Asyiknya, gubuk ini juga dilengkapi dengan air galon.

 

gubuk makan festival kuliner mataram kuno candi sojiwan

 

Aku sendiri baru belakangan menyatap mahamangsa setelah kawan-kawan yang lain. Biasalah, menemani si Mbah Gundul dulu “bersilaturahim” dengan Candi Sojiwan.

 

Beruntunglah Goes Moakh berbaik hati menjelaskan apa-apa saja yang menjadi komponen seporsi mahamangsa. Jadi, apa sajakah yang terdapat di mahamangsa?

 

Yang pertama kali tampak jelas terlihat dari seporsi mahamangsa adalah nasi. Jenis nasinya ada dua, yaitu nasi dari beras padi dan nasi dari jagung. Ini menunjukkan bahwa di zaman dahulu para Raja Mataram Kuno juga makan nasi! (Lha memang makan roti? )

 

wujud resep hidangan makanan raja mataram kuno

 

Jenis masakan yang kedua adalah belut! Belutnya ini belut bakar dengan bumbu kemangi. Masakan belut Mataram Kuno ini bernama dundu puyengan. Menurutku masuk akal kalau di zaman dulu orang-orang juga suka makan belut. Soalnya belut kan gampang hidup di sawah.

 

Jenis masakan yang ketiga lumayan menipu! Warnanya cokelat muda. Rasanya manis. Teksturnya lembek. Jujur ini hidangan mahamangsa yang menurutku PALING ENAK. Awalnya aku menyangka itu gudeg. Tapi Goes Moakh bilang kalau itu terbuat dari daging kerbau.

 

WHAT? ARE YOU KIDDING ME GOES?

 

KERBAU?

 

Untung kerbau halal sih.

 

resep masakan kerbau manis raja mataram kuno

 

Menurutku itu rasa dan teksturnya benar-benar mirip sama gudeg! Tapi ternyata, setelah aku cermati memang ada tekstur dagingnya. Jadi benar kata Goes Moakh kalau ini adalah daging kerbau. Nama masakan daging kerbau manis ini adalah hadangan madura.

 

Selain masakan kerbau manis, ada juga masakan sate kerbau lilit yang menggunakan tusuk dari batang sereh. Nama masakan ini adalah hadangan harang. Tapi, buatku sate kerbaunya kurang nendang karena kurang asin.

 

Supaya para Raja Mataram Kuno tetap sehat dan bervitamin, ada juga masakan ijo-ijo alias sayuran rebus yang bernama meneka kuluban. Yang unik dari sayuran rebus ini adalah bumbunya bukan bumbu sambal kacang, melainkan bumbu sambal hitam yang terbuat dari olahan wijen hitam. Wow!

 

resep air tebu minuman raja mataram kuno

 

Sedangkan untuk minumannya tersedia 3 jenis minuman yang biasa diminum para raja, yaitu sari tebu (namanya nalaka rasa), sari melati (namanya jati wangi), dan sari asam (namanya kinca). Minuman-minuman ini disajikan dingin.

 

Tapi ya aku nggak tahu apakah di zaman Mataram Kuno dulu minuman juga bisa disajikan dingin. Memang dulu sudah ada kulkas atau es batu? Hahaha

 

Untuk pencuci mulut alias kudapan para Raja Mataram Kuno adalah umbi-umbian yang direbus dengan air gula. Namanya phalamula. Umbi-umbian yang disajikan pada waktu itu adalah singkong, ketela, dan garut. Sebagai cocolan menyantap umbi-umbian ini adalah kuah areh berasa gurih yang sepintas mirip mayonais.

 

Hidangan Raja Mataram Kuno yang "Istimewa"

Mengutip apa yang dibicarakan oleh Mbak Riris selaku pengkaji di BP3 Jawa Tengah, hidangan para Raja Mataram Kuno ini dibuat dengan mengacu pada informasi yang ada di Prasasti Rukam berangka tahun 829 Saka (907 Masehi) yang ditemukan di Temanggung.

 

Nama-nama masakan tersebut berasal dari bahasa Jawa kuno. Bahan dan cara memasaknya (yang mayoritas dibakar) juga termuat dalam Prasasti Rukam. Hanya saja, prasasti tersebut nggak menjelaskan perihal bumbu dan rasa aslinya.

 

panggung utama festival kuliner hidangan raja candi sojiwan

 

Selain masakan-masakan di atas, sebetulnya masih ada masakan favorit para Raja Mataram Kuno yang lain. Akan tetapi, masakan-masakan tersebut nggak disajikan di Festival Kuliner Candi Sojiwan karena bahan bakunya tergolong “sangat istimewa” seperti:

 

  1. Kura-kura (atau penyu)
  2. Babi hutan
  3. Anjing yang dikebiri

 

Istimewa toh?

 

Aku juga baru tahu kalau Raja Mataram Kuno itu katanya doyan dengan daging hewan yang sedang bunting (hamil) atau hewan yang dikebiri. Katanya sih dagingnya empuk-empuk enak gitu deh....

 

resep sate belut lilit makanan raja mataram kuno

 

Menurutku hidangan raja-raja Mataram Kuno ini boleh dibilang merupakan kuliner yang cukup unik dengan rasa yang lumayan enak. Terutama untuk olahan daging kerbau manisnya itu.

 

Yang buatku cukup merepotkan adalah makan dengan sendok dan garpu kayu. Apa ya di zaman dahulu para raja makannya dengan sendok dan garpu semacam ini ya? Kayaknya lebih syip deh kalau makannya pakai tangan. Terutama makan belut kan susah kalau pakai sendok garpu.

 

halaman rumput hijau candi sojiwan klaten

 

Sebagai daya dukung Desa Wisata Kebondalem Kidul, menurutku hidangan kuliner raja-raja Mataram Kuno ini bolehlah untuk diusung. Apalagi ditambah keberadaan Candi Sojiwan yang kini sudah bersolek cantik.

 

Jujur, aku nggak menyangka Candi Sojiwan bakal ditata menarik seperti sekarang ini. Ada taman tertata indah yang dinaungi pohon-pohon rindang. Salah satunya adalah pohon mangga yang sakral ditebang itu.

 

warung makan modern luar candi sojiwan

 

Di luar Candi Sojiwan juga ada warung, kafe, serta kios batik dan kaos. Sudah tersedia lapangan parkir yang luas untuk menampung bus, mobil, dan sepeda motor. Meskipun ya... sepeda tetap harus bayar parkir juga sih. #sedih

 

Candi Sojiwan Setelah Sekian Tahun Berlalu

Sebelum beranjak pulang dari Candi Sojiwan, kami menyempatkan diri berkeliling candi. Dipandu oleh Tiyas yang notabene lulusan S2 di Jurusan Arkeologi UGM.

 

Orang-orang yang memadati Candi Sojiwan kian bertambah banyak usai gerimis berlalu. Beberapa wajah tampak familier. Aku cukup senang karena sebagian dari pengunjung nggak hanya berfoto ria, melainkan juga mengamati relief-relief Jataka di kaki Candi Sojiwan. Yah, semoga mereka juga tahu cerita di balik relief-relief tersebut.

 

pose foto bersama di pintu masuk candi sojiwan

 

Kunjungan singkat di Candi Sojiwan, candi di desa KKN-ku 8 tahun yang lalu itu berakhir dengan menunaikan shalat di Masjid Al-Hasan di Dusun Banjarsari. Tempat di mana Subunit 1 dan Subunit 3 pernah menggelar rapat perkara masak-memasak di pondokan.

 

Ah, rupanya 8 tahun sudah berlalu. Desa Kebondalem Kidul dan Candi Sojiwan sudah berubah. Entah perubahan apa yang akan terjadi di tahun-tahun ke depan. Semoga berubah ke arah yang lebih baik untuk kesejahteraan warga.

 

kenangan kkn sd negeri kebondalem kidul

 

Aku pun tersenyum, menatap lapangan sekolah SDN 1 Kebondalem Kidul yang menyimpan kenangan 8 tahun silam....


NIMBRUNG DI SINI

UPS! Anda harus mengaktifkan Javascript untuk bisa mengirim komentar!
  • RIZKI MAULIDA
    avatar komentator ke-0
    RIZKI MAULIDA #Minggu, 14 Mei 2017, 11:37 WIB
    Wiiih menu dari Raja Mataram menggugah selera semua ya, jadi pengen nyoba nih.

    Kaget juga pas baca artikel ini ternyata ada 3 \"makanan istimewa\", hahaha.

    Wisata kuliner dari Raja Mataram ini bisa masuk peninggalan sejarah juga yaaa.
    Hihihi, ini upaya untuk merekonstruksi sejarah Mbak. :D
  • ELINA
    avatar komentator ke-1
    ELINA #Jumat, 21 Apr 2017, 09:42 WIB
    Nikmaat... bikin ngiler aja nih.
    Hihihi, makanya mampir dong ke Candi Sojiwan. :D
  • INFOANA
    avatar komentator ke-2
    INFOANA #Rabu, 12 Apr 2017, 19:48 WIB
    Capek-capek paling enak wisata kuliner. Bisa membuat perut kenyang hati senang.
    Apalagi habis kenyang terus tidur itu enak tenan. :D
  • MAHESA KAHFI
    avatar komentator ke-3
    MAHESA KAHFI #Rabu, 12 Apr 2017, 09:48 WIB
    Weh..weh aku penasaran sama menu-menu yang 3 itu Masss..
    Kiro-kiro modele koyo opo..? Masak tinggal 3 menu aja dilewatkan?
    Lha wong pas di sana nggak disajikan kok, ya nggak bisa dimakan deh, hehehe. ;p